Bijak Ngawur
bijak |
Wuanjiiiirrr!!!!!! udah 30 hari lebih 5jam, 15menit, 55detik atau lebih tepatnya satu bulan, saya gak buka ini blog. Sebulan gak ngepost membuat otak harus lebih bekerja keras untuk mengeluarkan sebuah ide yang bisa bikin pembaca nyaman, aman dan tertib (udah aja pake security, haha 'garing'!)
Lagi-lagi alasan saya gak ngurus blog aneh ini sebulan lamanya, dikarenakan 'SIBUK'. Yo'i, gue baru sadar kalo di kelas 9 ini kesibukan semakin bertambah, siswa dipaksa harus mengorbankan waktu luangnya untuk kepentingan sekolah (lebih tepatnya untuk main-main). Setelah di kelas 8 gue ngolok-ngolok kelas 9 tahun kemarin, bahwa buat apa takut dengan dua buah kata yakni, Ujian Nasional. Yang saya tulis pada artikel yang satu ini----> UN. Akhirnya sekarang saya baru sadar, bahwa untuk menghadapi UN ini butuh mental, dan kesiapan, yang tidak bisa dianggap remeh seperti kita mengerjekan soal yang dibuat oleh anak Playgroup.
Minggu kemarin saya mengerjakan sebuah Try Out yang soalnya dibuat oleh salah satu 'Bimbingan Belajar' belum ternama. Begitu saya membuka lembaran soal, eh gue malah pingsan :D (bohong). Soal yang awalnya gue anggap mudah dan butuh waktu 30menit untuk mengerjakannya, ternyata sangat-sangat-sangat sulit. Nah, itu baru 60 (60 soal terdiri dari semua pelajaran yang di UN-kan) soal yang dimana semua siswa paket soalnya disamakan. Gak kebayang gimana waktu UN nantiiii...........
Jadi inti dari topik pertama ini 'Jangan pernah menganggap remeh sesuatu yang lebih kecil dan lemah. Karena bisa saja si yang kecil itu menjatuhkan kita kedalam jurang ataupun sumur :D #BijakNgawur'
__________________________________________________________________
penderitaan |
Kelas 8 gue pernah nulis postingan ini --> Kelas Penuh Derita . Postingan yang bercerita sebuah kutukan yang datang kelas gue. Setelah gue naik ke kelas 9, ternyata kutukan tersebut terus membuntuti kelas yang gue huni, penderitaan masih terus menghantui kelas gue (JREENGGG, nge-Play lagu "balonku" agar suasana terasa lebih menengangkan).
Karena merasa aneh, timbul sebuah pertanyaan 'Ada apa dengan kelas yang gue huni ini??' lokasi kelas 8 yang tadinya di pojok, kelas 9 pun sama MOJOK. Kelas 8 yang tadinya gelap, kelas 9 justru malah makin gelap dan dingin (JRENG JRENG JREEEENGGGG, lagu berpindah ke lagu 'potong bebek' yang membuat suasana makin menegangkan). Kelas 8 yang tadinya minim perhatian dari guru, kelas 9 justru malah lebih di perhatikan oleh guru karena dekat degan Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, dan Ruang Tata Usaha. Setelah semua perubahan itu, lalu kenapa kelas gue masih penuh penderitaan?? kenapaaaaaa??? (nangis sambil ketawa)
Pertama, gue mendapatkan seorang wali kelas yang minim perhatian dengan anak-anaknya. Sehingga penghuni kelas gue merasa tidak dianggap sebagai anak yang menyebabkan timbulnya 'kontroversi hati :D' dan akhirnya siswa memberontak (asiiiik)
audience |
Kedua, anggapan guru-guru bahwa kelas yang gue huni kelas yang paling susah diatur, lemot, ribut, nakal, dan gak tau lupa lagi. Sebuah anggapan yang bertolak belakang, dengan keadaan anak-anak kelas gue yang sebenarnya nggak kaya gitu (meskipun ada beberapa yang benar)
Terakhir, gue sering aneh. Kenapa setiap kali gue presentasi di depan kelas, siswa kelas gue pasti gak pernah nge-waro gue. Hal ini bisa dimaklumi sih, karena suara gue yang kecil dan materi presentasi yang dibawakan panjang panjang, sehingga timbul perasaan audience
untuk melempar gue dengan benda tajam.
Jadi inti dari topik yang terakhir ini 'Jika ingin membuat orang lain bangga dengan apa yang kita miliki, kita harus bangga dulu dengan diri kita sendiri. #BijakNgawur'
Comments
Post a Comment